AYOSUROBOYO | Kediri – Di balik hamparan hijau Temanggung, kini terdengar tangisan yang tak bersuara.
Sejak 2024, kabar getir itu kini nyata adanya.
Gudang Garam raksasa kretek yang dulu jadi penyelamat petani kini tak lagi membeli sehelai pun tembakau dari tanah Temanggung.
Alasannya dingin, penjualan rokok turun, gudang penuh stok, cukup untuk produksi empat tahun ke depan.
Namun, nasib petani siapa yang memikirkan ? Mereka bukan angka, bukan data.
Mereka adalah wajah lelah yang berharap jerih payahnya tetap punya harga. Di ladang-ladang, daun tembakau tetap dipetik tapi tak disambut lagi.
Gudang-gudang sepi, transaksi berhenti, dan cita aroma khas Temanggung hanya menjadi saksi bisu hubungan panjang yang terputus.
“Jika Gudang Garam dulu adalah sahabat petani, maka kini sahabat itu pergi meninggalkan prahara.”
Pertanyaannya :
Apakah ini hanya jeda ? Ataukah pertanda bahwa sejarah tembakau Temanggung sedang ditulis ulang tanpa Gudang Garam di dalamnya ?
Yang jelas, para petani sedang menanggung beban. Setiap helai daun kering mereka kini menyimpan tetes air mata, doa, dan rasa kecewa yang larut lewat nasib.
Warga Kediri Raya
bersuara dari tanah kretek. Suara untuk para petani tembakau yang ditinggalkan.