AYOSUROBOYO | Surabaya – Ajakan Demo Turunkan Gubernur Jatim”. Salah satunya diunggah oleh advokat asal Surabaya, Muhammad Sholeh atau yang akrab disapa Cak Sholeh yang populer dengan slogannya “No Viral No Justice.
Lewat akun TikTok pribadinya, Cak Sholeh juga memperlihatkan momen dirinya bersama puluhan orang yang mengklaim sebagai rakyat Jawa Timur
(Frontal Jatim).
Unggahan Tiktok, Cak Sholeh ini menuai beragam cuitan warganet. Ada yang mendukung, namun ada pula yang menilai aksi demo bukanlah solusi.
Video Perkembangan infrastruktur di Jawa Timur berfokus pada peningkatan konektivitas yang mendukung pertumbuhan ekonomi
Sementara beda dari “Warganet lainnya “anggota Jaringan Pendamping Kebijakan Pembangunan (JPKP) yang diketuai oleh Maret Samuel Sueken, tersebut “Oky Yudi, (okik) menyoroti sikap Cak Sholeh dimana menurut kaca mata sosial sebuah taktik agenda setting dan bluffing untuk membuka ruang dialog antara perwakilan massa dengan pejabat pemerintah.
“Apabila maksud utama dari Cak Sholeh ingin menunjukkan diri memiliki concern bagi persoalan Masyarakat, sejatinya cukup disampaikan saja secara verbal, contoh kasus mana, tanpa harus ada ajakan aksi dijalan (Demo),” tulisnya di situs media online ayosuroboyo.my.id pada Jum’at (22/08).
Wartawan media online itu menilai sikap Cak Sholeh ini terkesan memanfaatkan kondisi lesunya ekonomi masyarakat untuk agenda menjatuhkan Gubernur Jawa Timur. Menurut dia, cara yang dilakukan Cak Sholeh tak etis dilakukan, lantaran terkesan menonjolkan penderitaan orang lain untuk bahan aksi.
Kalaupun keadaan kebijakan pemerintah saat ini dijadikan alat untuk menjatuhkan Khofifah menurutnya hal itu perlu dilihat dari akarnya (perangkat dibawah) bukan waktu Gubernur Khofifah nyepil buah seperti yang ramai jadi bahan gunjingan.
Strategi Cak Sholeh dengan membuat konten mengajak masyarakat yang kecewa atas kebijakan Pemerintah Daerah Jawa Timur untuk demo ini kurang berkesan,” ujarnya.
Kendati begitu, lanjut Okik, posisi Khofifah yang terkesan disudutkan Cak Sholeh lebih kalem dalam merespon. Secara proporsional tidak berlebih.
“Jadi yang ngaco ini Gubernurnya atau memang keadaan ekonomi yang rok-rok asem. Kalau driver ojol demo itu sih masih tepat, kesannya kan dapat dilihat perjuangan dan doa dilapangan.
Pemerintah baik pusat maupun daerah tentu telah memastikan yang baik bagi rakyatnya dan apa yang jadi visi-misi rencana ke depan agar terbentuk keseimbangan antara pemerintah dan rakyat ucap Okik.
Saya sebagai warga Jawa Timur akan terus mengikuti perkembangan berita ini sejauh mana perhatian Gubernur menanggapi dan merespon, mengingat Gubernur adalah jabatan yang dipercayakan negara dengan konsentrasinya anggaran yang terbilang besar.
Jadi perlu disampaikan” jika Gubernur saat ini di rasa terlalu banyak menyimpang dalam kepemimpinannya dan dinilai bertolak belakang dengan prinsip prinsip administrasi dalam birokrasi. Ini jelas sangat tidak berintegritas.
Pemerintah daerah sebagai perpanjangan tangan pemerintah pusat, dalam hal ini Gubernur Provinsi Jawa Timur, mendukung visi dan misi pemerintahan Presiden Prabowo.
Pemerintahan baru harus sejalan dan sekomitmen sehingga hal-hal negatif yang didapati dilakukan oleh pejabat dibawahnya, maka tindakan tegas sudah semestinya diambil.
Selanjutnya sekarang pertanyaannya, siapa akan menggantikan Khofifah, silahkan usulkan juga masukan ini pada kolom komentar pada akun masing-masing warganet.
Dalam poster yang diunggah Cak Sholeh, tercantum ajakan untuk menggelar aksi unjuk rasa pada awal September nanti.