BERITA UTAMA
Beranda » Ribuan Warga Ijen Bondowoso Hidup Dalam Cekungan Kaldera

Ribuan Warga Ijen Bondowoso Hidup Dalam Cekungan Kaldera

AYOSUROBOYO| Bondowoso – Di jantung Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur, terkuak sebuah realitas geologi mencengangkan.

Ribuan penduduk Kecamatan Ijen ternyata menempati sebuah area yang oleh masyarakat setempat digambarkan sebagai “wajan raksasa” peninggalan zaman purba.

Secara ilmiah, mereka sejatinya hidup dalam sekitar Kaldera Gunung Ijen Purba, sebuah cekungan vulkanik raksasa yang terbentuk dari peristiwa geologi dahsyat ribuan tahun silam.

Wilayah ini bukan sekadar dataran biasa. Ribuan jiwa bermukim di bagian “perut tengah cekungan wajan itu “sebuah zona inti gunung berapi purba yang kini aktivitas vulkaniknya masih aktif sebagai keberadaan Gunung Ijen modern.

Baca juga : Gubernur Jatim Tinjau Krisis BBM Disejumlah SPBU Kabupaten Jember Pasca Penutupan Jalur Gumitir  

Metafora “wajan raksasa” bagi kalangan masyarakat setempat cukup populer ini sejatinya merujuk pada Kaldera Gunung Ijen Purba, sebuah depresi geologi luas yang terbentuk dari runtuhnya puncak gunung berapi setelah letusan dahsyat.

Tantri Raras Ningtyas, selaku Ketua Pengurus Harian Ijen Geopark (PHIG) Kabupaten Bondowoso, menjelaskan bahwa kaldera ini tercipta akibat letusan tektonik luar biasa di zaman purba.

Perkiraan PHIG menyebut, Gunung Ijen Purba dahulunya menjulang tinggi mencapai ketinggian 3.500 meter di atas permukaan laut (Mdpl) dengan memiliki diameter hingga 18 kilometer, sebelum akhirnya meletus antara periode 300 ribu hingga 100 ribu tahun lalu.

PENAMBANG BELERANG KAWAH IJEN  ,

Adanya Letusan dahsyat itu, menurut Tantri, bukan hanya menciptakan suatu cekungan raksasa, namun juga melahirkan 22 “anak gunung” baru di sekitarnya. Menariknya, Gunung Ijen yang kita kenal sekarang, dengan ikonik kawah api birunya, merupakan anak gunung”bungsu” yang terbentuk dari rangkaian peristiwa geologi pasca-letusan dahsyat.

Saat material gunung api Ijen Purba dimuntahkan dengan volume masif, lantas terjadi kekosongan rongga di bawahnya yang menyebabkan struktur puncak gunung mengalami ambles lalu membentuk cekungan besar.

Proses terjadinya erosi dan longsor berkelanjutan ini turut memperluas area cekungan Kaldera dikawasan itu dari waktu ke waktu.

Dari pengamatan citra topografi terkini, dapat dilihat jika area Kaldera Ijen Purba membentang seluas sekitar 220 kilometer persegi, dengan diameter yang bervariasi antara 15 hingga 20 kilometer.

Volume material muntahan letusan Ijen Purba waktu itu diperkirakan mencapai 70 kilometer kubik menyebar dengan kemiringan landai sejauh 27 hingga 30 kilometer ke arah barat laut, utara, dan timur laut, bahkan hingga mencapai wilayah Situbondo.

Kejadian letusan gunung Ijen lama atau purba kala itu menunjukkan skala luar biasa membentuk lanskap regional secara drastis dan meninggalkan jejak geologi yang monumental.

Fenomena Kaldera Ijen Purba tak sekadar menjadi bukti dahsyatnya kekuatan alam masa lalu melainkan juga sebuah laboratorium geologi hidup.

Kawasan ini mengalami proses geologi sangat kompleks berkelanjutan dan menjadikannya memiliki ciri kekhasan geologi dengan daya tarik tersendiri bagi para peneliti dan pengamat bumi.

Penduduk kecamatan Ijen hidup di tengah “wajan raksasa telah beradaptasi dengan uniknya kondisi lingkungan yang menyatu dengan warisan purba berbentuk lanskap dalam kehidupan mereka.

Keunikan geologi ini berpotensi besar untuk dikembangkan sebagai pusat studi riset kebumian, destinasi geoturisme berkelanjutan, dan pengingat akan keagungan serta dinamika bumi yang tak pernah henti.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *